Namun, penggunaan es ternyata rentan mendegradasikan kualitas produk dan dapat menurunkan nilai ekonomi produk hingga 70 persen.
Sebab itu, Ardiyansyah Yatim, seorang peneliti dari Fakultas Mesin Universitas Indonesia mencoba mencarikan solusi dengan membuat sistem pendinginan yang memanfaatkan panas mesin kendaraan atau alat transportasi.
Biasanya, untuk mengangkut produk perikanan dari pesisir laut ke pasar atau kota, nelayan menggunakan kendaraan kecil semacam mobil atau motor bak. Dengan sedikit eksperimen, Ardiansyah menemukan sistem teknologi yang bisa mendinginkan produk perikanan sekaligus mengurangi penggunaan bahan bakar dan dampak polusi terhadap lingkungan.
Sistem ini telah diujicoba Ardiansyah di Kebumen, daerah selatan Jawa Tengah. Sistem pendinginan bekerja dengan menyerap air amoniak melalui proses absorpsi. Sistem ini memanfaatkan panas mesin kendaraan yang "disulap" menjadi temperatur rendah.
Sistem pendinginan ini dapat mencatat temperatur minimum -13 sampai -4 derajat Celcius jika temperatur generator mesin di kisaran 80-100 derajat Celcius. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sistem di atas cocok untuk mengawetkan produk perikanan yang membutuhkan temperatur 0 sampai -8 derajat Celcius.
Transportasi produk perikanan selalu dihadapkan dengan kendala pendinginan. Kendala itu kian terasa terutama di daerah-daerah pelosok Indonesia. Untuk mengawetkan produk-produk satwa laut itu, umumnya para jasa pengangkut memanfaatkan es.
Simpulannya, teknologi prototipe ini bisa diimplementasikan dan direkomendasikan. Improvisasi dari prototipe masih dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi berat beban karena tidak memakai es, dan ramah lingkungan karena bisa mengurangi pemakaian CFC, bahan kimia yang biasa ditemukan di alat pendingin.
sumber:http://teknologi.vivanews.com/news/read/203752-sistem-pendingin-bagi-transportasi-di-pelosok
No comments:
Post a Comment